20 Tahun Hidup Bersama Rob, Warga Bedono Gantungkan Harapan pada Tanggul Laut Raksasa

Ida Agus
23 Views
4 Min Read
Sumaerah, warga Dukuh Pandansari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak sudah 20 tahun akrab dengan air rob dan berharap bisa ditangani dengan dibangunnya Giant Sea Wall. (dok. Humas Pemprov Jateng)

Demak (LintasTopik.com) – Selama lebih dari dua dekade, warga pesisir utara Jawa, khususnya di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, hidup berdampingan dengan air rob. Mereka kini menaruh harapan besar pada proyek pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) yang tengah dikebut pengerjaannya oleh pemerintah pusat.

Bagi warga Dukuh Pandansari, tanggul laut bukan sekadar proyek infrastruktur. Bagi mereka, ini adalah harapan baru untuk mengakhiri penderitaan panjang akibat banjir rob yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

“Kalau ditanya soal rob, warga sini mungkin sudah kebal. Sudah lebih dari 20 tahun kami hidup bersama rob. Air menggenang setiap hari, dan itu dianggap biasa,” tutur Zamroni (50), tokoh masyarakat setempat, saat ditemui di warung yang juga menjadi tempat tinggalnya bersama sang istri, Selasa (24/6/2025).

Rob Tak Kunjung Pergi, Rumah Ditinggalkan

Zamroni merupakan warga asli yang semula tinggal di RT 02 RW 04. Namun karena genangan rob makin parah dari tahun ke tahun, ia terpaksa meninggalkan rumahnya. Sejak tahun 2015, ia dan keluarganya tinggal menumpang di lahan milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) tak jauh dari lokasi asal. Di situ pula ia mendirikan warung kecil sebagai sumber penghidupan.

“Rob paling parah itu sejak 2021. Warga di sini setiap tahun menaikkan lantai rumah sampai satu meter. Tapi belum setahun, harus dinaikkan lagi. Lama-lama uang habis, padahal kebutuhan hidup lainnya juga banyak,” ujarnya.

Di lokasi itu kini sedang dibangun jalan tol Semarang–Demak yang terintegrasi dengan tanggul laut. Proyek ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang. Zamroni paham betul, bahwa upaya penyedotan air atau pengerukan sungai hanya bersifat sementara.

- Advertisement -
Ad imageAd image

“Kami berharap pengerjaannya tidak molor. Tanggul laut ini satu-satunya harapan,” katanya.

Hidup di Rumah yang Tergenang, Demi Tak Kehilangan Tempat Tinggal

Di antara warga yang masih bertahan tinggal di tengah rob adalah Sumaerah (70). Tetangga Zamroni itu hidup bersama anak, menantu, dan dua cucu kecil di sebuah rumah papan yang sudah tergenang air setinggi perut orang dewasa.

“Sejak umur 15 tahun saya tinggal di sini. Dulu rob tidak separah ini. Sekarang, semua berubah,” ucap Mbah Sumaerah lirih.

Untuk masuk ke dalam rumahnya, harus melewati jembatan darurat dari bambu dan papan. Jika tak hati-hati, bisa terpeleset dan tercebur. Di dalam rumah, tak banyak perabot tersisa. Semuanya hidup di atas air, mulai dari makan, tidur, hingga mandi.

Mbah Sumaerah menderita sakit punggung dan penglihatan yang memburuk. Suaminya sudah lama meninggal. Kini, ia menggantungkan hidup dari anak dan menantunya yang bekerja sebagai buruh.

Ketika ditanya mengapa tidak pindah, jawabannya menyesakkan:
“Mau pindah ke mana? Tidak punya uang. Mau minta bantuan juga tidak ada yang memberi,” katanya pelan.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Ia juga masih ragu terhadap tawaran relokasi gratis. Meski sudah dijelaskan bahwa lahan dan rumah akan disediakan tanpa biaya, kekhawatiran tetap ada.

“Takutnya nanti ada biaya. Untuk makan sehari-hari saja susah. Jadi sementara tetap di sini dulu,” ujarnya pasrah.

Harapan Tak Sekadar pada Tanggul

Zamroni menambahkan, selain tanggul laut, warga juga berharap pemerintah memperhatikan akses jalan desa yang kerap tergenang dan rusak. Menurutnya, akses jalan sangat penting agar warga tetap bisa bekerja dan menjalankan aktivitas ekonomi.

“Kalau rob tak bisa langsung hilang, paling tidak jalannya bisa dilalui. Kasihan warga, susah berangkat kerja,” katanya.

Kini, seluruh harapan warga Desa Bedono tertumpu pada proyek tanggul laut raksasa. Setelah puluhan tahun hidup dalam genangan air, mereka berharap kehidupan yang lebih manusiawi bisa segera datang.***

Editor : Agus Hidayat

Share This Article
Leave a Comment