PT SPJT Serap 30 Ribu Ton Garam Petani Pati, Dukung Swasembada dan Tekan Impor

Ida Agus
22 Views
3 Min Read
PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), resmi mengoperasikan pabrik garam industri di Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, pada Selasa (24/6/2025). (dok. Humas Pemprov Jateng)

Pati (LintasTopik.com) – Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), resmi mengoperasikan pabrik garam industri di Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, pada Selasa (24/6/2025). Pabrik ini menyerap 100 persen bahan baku dari petambak lokal dengan kapasitas serapan mencapai 30.000 ton per tahun.

Langkah ini menjadi bagian strategis Pemprov Jateng dalam mewujudkan swasembada garam nasional dan mengurangi ketergantungan impor, sejalan dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2025 tentang Ketahanan Pangan Nasional.

“Pabrik garam industri SPJT ini menjadi salah satu upaya hilirisasi, meningkatkan nilai tambah bagi petambak, sekaligus menjamin suplai garam berkualitas untuk industri,” kata Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, saat peresmian.

Pabrik Produksi 25 Ribu Ton Per Tahun

Berlokasi di Desa Raci, pabrik berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektare dan memiliki kapasitas produksi mencapai 25.000 ton per tahun atau sekitar 2.000 ton per bulan. Garam yang dihasilkan memiliki kadar NaCl minimal 97 persen dan kadar air 0,5 persen, sesuai standar kebutuhan industri seperti farmasi, tekstil, pakan ternak, hingga kosmetik.

“Pati merupakan sentra garam terbesar kedua di Indonesia setelah Madura, dengan produksi mencapai 150.000 ton per tahun. Namun kualitasnya masih perlu ditingkatkan karena kadar NaCl-nya belum memenuhi standar industri,” jelas Sumarno.

Menurutnya, dengan keberadaan pabrik ini, garam krosok dari petani akan diolah lebih lanjut agar memenuhi standar industri. Selain itu, keberadaan SPJT juga membantu menjaga stabilitas harga di tingkat petambak.

- Advertisement -
Ad imageAd image

21 Industri Siap Tampung Produk SPJT

Direktur Utama PT SPJT, Untung Juanto, menyebut, kebutuhan garam nasional mencapai 4,9 juta ton per tahun, namun produksi domestik baru 2,04 juta ton. Kekurangan ini selama ini ditutupi dengan impor. Pabrik SPJT diharapkan bisa membantu menekan defisit tersebut.

“Kami telah menggandeng 21 perusahaan yang menyatakan minat membeli, dengan total kebutuhan sekitar 1.500 ton garam industri per bulan,” ujarnya.

Pabrik SPJT dibangun secara swakelola oleh anak usaha PT SPJT Konstruksi. Seluruh mesin menggunakan produk dalam negeri dan bahan bakarnya menggunakan gas CNG dari JPEN, guna mendukung prinsip industri hijau dan efisiensi energi.

Petambak Lokal Diuntungkan

Joko Senawi, petambak asal Kecamatan Batangan, menyambut baik kehadiran pabrik tersebut. Ia mengaku kini lebih mudah memasarkan garam dengan harga yang stabil, yakni Rp 1.600 per kilogram.

“Dalam satu musim panas, saya bisa menghasilkan 130 ton garam dengan kadar NaCl 94 persen. Sekarang jualnya lebih gampang dan harganya bagus,” ujarnya.

Pemprov Jateng juga mendorong edukasi bagi petambak agar meningkatkan kadar NaCl hingga mendekati 99 persen, agar lebih banyak diserap industri bernilai tinggi seperti kosmetik dan farmasi.

- Advertisement -
Ad imageAd image
Share This Article
Leave a Comment