Ad imageAd image

Bendung Sigelap: Warisan Belanda yang Menjaga Aliran Kehidupan di Kreo Kejajar

Ida Agus
15 Views
3 Min Read
oplus_34

Wonosobo (Lintas Topik.com) – Pagi itu, kabut tipis masih menggantung di atas Lembah Sigelap.

Di sela gemericik air yang jatuh dari pintu bendung, terdengar bunyi pengait besi yang menggeser tumpukan sampah.

Seorang lelaki berbaju lengan panjang, celananya basah hingga lutut, tampak tekun menarik sampah-sampah itu ke tepian.

Namanya Muhid, warga Desa Jengkol, Garung, yang sudah 15 tahun mengabdikan diri di Bendung Sigelap.

> “Kalau hujan deras, meski malam, sampah-sampah itu harus diambil agar tidak menghalangi air yang mengalir ke Telaga Menjer. Bahkan saat hujan, volume sampahnya jauh lebih banyak,” ujar Muhid sambil sesekali menoleh ke arus deras yang membawa kiriman baru dari hulu.

Bendung Sigelap bukan sekadar bangunan air. Ia adalah saksi perjalanan panjang sejak masa Hindia Belanda, dibangun puluhan tahun lalu dan mulai beroperasi pada 1983.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Air yang ditampung di sini dialirkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Garung di Telaga Menjer, menjadi sumber energi yang menerangi ribuan rumah dan menggerakkan roda kehidupan warga Wonosobo.

Tak banyak yang tahu asal-usul nama “Sigelap”. Sebagian mengaitkannya dengan tebing batu hitam di sisi barat bendung,

berundak-undak seperti pahatan alami.

Tebing itu menjadi pemandangan kontras dengan sisi timur yang hijau rimbun, di mana pohon-pohon besar memayungi aliran sungai dan batu-batu bermotif alami menghiasi tepiannya.

Untuk sampai ke bendung, pengunjung harus menuruni ratusan anak tangga berkelok. Pagar besi di sisinya membuat perjalanan aman, sementara di bawah, udara sejuk dan suara air menjadi sambutan yang menenangkan.

Banyak pengunjung betah berlama-lama di sini, menikmati ketenangan sekaligus berburu sudut foto terbaik.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Namun, di balik keindahan itu, ada kerja sunyi yang terus berjalan.

Setiap hari, tiga kali dalam sehari – mulai pukul 07.00 pagi, sore, hingga malam – petugas seperti Muhid membersihkan sampah di pintu air.

Saat hujan deras, tugas itu menjadi lebih berat, karena arus membawa sampah dalam jumlah besar tanpa henti.

Keberadaan Bendung Sigelap adalah perpaduan antara sejarah, alam, dan kerja keras manusia.

Bangunan tua peninggalan Belanda ini tetap kokoh melawan waktu, sementara tangan-tangan seperti Muhid memastikan airnya mengalir bersih, memberi energi, dan menjaga kehidupan di sekitarnya.***

Editor : Agus Hidayat

Share This Article
Leave a Comment