Wonosobo (Lintas Topik)— Kementerian Sosial (Kemensos) menggandeng sektor swasta untuk melatih warga Desa Selokromo, Kabupaten Wonosobo, membuat kerajinan tangan berbahan enceng gondok yang ramah lingkungan. Produk hasil pelatihan ini ditargetkan menembus pasar ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan, program ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat, khususnya perempuan desa. Warga dibekali keterampilan memproduksi kerajinan anyaman berbahan baku lokal dengan dukungan akses bahan dan pasar dari mitra perusahaan.
“Salah satu produk yang dikembangkan adalah tempat sampah dari anyaman enceng gondok. Produksinya bisa dilakukan di rumah atau secara berkelompok. Yang penting, produk yang dihasilkan sudah punya pembeli tetap,” ujar Gus Ipul saat meninjau langsung pelatihan di Balai Desa Selokromo, Minggu (1/6).
Program ini menargetkan peserta mampu menghasilkan produk berstandar ekspor dalam waktu 1–2 bulan. Dalam simulasi awal, satu kelompok bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp750 ribu per minggu, tergantung pada jumlah produksi.
“Kalau mereka bisa menghasilkan Rp100 ribu per hari, itu sudah cukup membantu ekonomi keluarga. Karena semua hasil produksi sudah dipastikan ada pembelinya,” tambah Gus Ipul.
Pelatihan yang digelar di Balai Desa Selokromo diikuti puluhan warga, mayoritas perempuan dari berbagai dusun. Peserta dilatih langsung oleh tim profesional dari mitra swasta PT Out of Asia, yang juga bertanggung jawab pada quality control dan pemasaran hasil kerajinan.
Direktur Operasional PT Out of Asia, Arung Lusika, menjelaskan bahwa program serupa telah berhasil diterapkan di Desa Kalisalak, Kabupaten Banyumas. Dalam satu bulan, kelompok di desa tersebut mampu memproduksi lebih dari seribu unit tempat sampah anyaman, dengan 785 unit lolos quality control.
“Produksi di Kalisalak sudah menghasilkan omzet sekitar Rp10 juta per bulan yang dikerjakan oleh sekitar 80 warga. Ini membuktikan bahwa program ini bisa diandalkan untuk menopang ekonomi lokal,” ujarnya.
Salah satu peserta pelatihan, Tri Utami, warga Dusun Mentasari, mengaku antusias mengikuti pelatihan yang sudah berjalan selama dua hari.
“Semoga pelatihan ini bisa meningkatkan ekonomi keluarga kami. Saya seorang asisten rumah tangga, jadi bisa menambah penghasilan tanpa harus keluar rumah,” tuturnya.
Kemensos berencana memperluas program ini dengan melibatkan pemerintah daerah setempat dan mengintegrasikannya dengan Program Keluarga Harapan (PKH). Menurut Gus Ipul, keberhasilan program sangat tergantung pada kualitas pendampingan dan sinergi lintas sektor.***
Editor : Agus Hidayat