“Pecel, Teh Hangat, dan Senyum Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu : Semua Itu Kini Tinggal Kenangan”

Ida Agus
7 Views
3 Min Read
Mbok Yem, sosok yang sangat akrab bagi pendaki Gunung Lawu meninggal dunia, Rabu 23/4. (Istimewa)

Lintas Topik.Com – Dunia pendakian Indonesia berduka. Wakiyem atau yang lebih dikenal dengan Mbok Yem—sosok legendaris penjaga warung di puncak Gunung Lawu—telah meninggal dunia pada Rabu siang, 23 April 2025, di rumahnya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan.

Mbok Yem sempat menjalani perawatan di RSU Siti Aisyiyah, Ponorogo, karena dugaan pneumonia akut. Kondisinya menurun dalam beberapa hari terakhir sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir. Ia berpulang di usia sekitar 80-an tahun.


Lebih dari Sekadar Warung

Bagi para pendaki, nama Mbok Yem bukanlah nama asing. Sejak era 1980-an, warung sederhananya di dekat puncak Hargo Dumilah, Gunung Lawu, menjadi tempat singgah favorit. Lokasinya hanya sekitar 115 meter dari puncak dengan ketinggian 3.265 mdpl. Meski tempatnya sederhana, kehadiran Mbok Yem selalu jadi penyemangat para pendaki yang lelah dan kedinginan.

Menu andalannya? Nasi pecel lengkap dengan telur ceplok, bihun, dan sayur segar. Harganya ramah, rasanya nikmat—terlebih saat disantap di tengah udara dingin pegunungan. Selain itu, Mbok Yem juga dikenal suka menyajikan soto spesial saat bulan Suro, dan berbagai makanan cepat saji seperti mi instan dan gorengan.


Dari Penjual Jamu ke Penjaga Puncak

- Advertisement -
Ad imageAd image

Kisah hidup Mbok Yem dimulai dari aktivitasnya sebagai penjual jamu. Ia biasa mencari bahan-bahan herbal di lereng Lawu bersama almarhum suaminya. Kehidupan sederhana di sekitar gunung inilah yang akhirnya membawanya bertemu para pendaki.

“Awalnya saya cuma pengin punya tempat untuk berteduh,” kata Mbok Yem dalam wawancaranya dengan komunitas pendaki beberapa tahun lalu. “Tapi ternyata banyak yang datang minta makan. Akhirnya jadi warung beneran sampai sekarang.”

Sejak saat itu, ia memilih menetap di puncak, tinggal di dekat warungnya, turun gunung hanya sesekali untuk belanja bahan. Banyak yang heran bagaimana perempuan sepuh seperti dia bisa bertahan di suhu dingin ekstrem dengan akses yang tak mudah.


Sosok Ikonik yang Tak Tergantikan

Mbok Yem dikenal sebagai pribadi yang ramah, kuat, dan penuh semangat. Ia bukan hanya menjual makanan, tapi juga memberi semangat bagi para pendaki yang nyaris menyerah.

“Kalau sudah sampai warung Mbok Yem, rasanya kayak sampai rumah. Disambut senyum, dikasih teh panas. Nggak pernah pelit,” kata Rino Prasetyo, pendaki yang mengaku sudah lebih dari 10 kali naik Lawu.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Kini, Gunung Lawu kehilangan salah satu sosok ikoniknya. Namun kenangan tentang Mbok Yem akan tetap hidup—di cerita-cerita pendaki, di dokumentasi komunitas, dan tentu saja, di hati siapa pun yang pernah singgah di warung mungil dekat puncak itu.***

Editor : Agus Hidayat

Share This Article
Leave a Comment