Ribuan Warga AS Turun ke Jalan! Gelombang Protes Nasional Tolak Kebijakan Trump

Lintas Topik Author
11 Views
3 Min Read

Lintas Topik“Trump, kamu bukan presidenku!” Teriakan itu menggema di jantung ibu kota Amerika Serikat saat ribuan warga Amerika memadati National Mall Washington DC, Sabtu (5/4), dalam aksi protes terbesar sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden.

Tak hanya di Washington, gelombang demonstrasi juga meluas ke lebih dari 1.000 kota dan distrik kongres di seluruh AS, bahkan menyentuh berbagai ibu kota dunia seperti Paris, Roma, dan London. Protes ini menjadi sinyal kuat penolakan global terhadap kebijakan kontroversial Trump.

Aksi “Hands Off!” Jadi Simbol Perlawanan

Sebuah spanduk raksasa bertuliskan “HANDS OFF!” membentang di atas panggung utama tak jauh dari Gedung Putih. Ribuan pengunjuk rasa membawa berbagai poster seperti “Not My President!” “Fascism Has Arrived!” “Hands Off Our Social Security!”

- Advertisement -
Ad imageAd image

Aksi ini merupakan bagian dari kampanye nasional bertajuk “Hands Off”, yang digagas oleh gabungan kelompok progresif seperti MoveOn dan Women’s March. Pesan utamanya jelas: menolak segala bentuk kebijakan Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan hak dasar warga negara.

Suara Rakyat: Demokrasi Sedang Terancam

Jane Ellen Saums, seorang demonstran berusia 66 tahun yang datang mengenakan kostum Mother Nature lengkap dengan tanaman rambat dan replika bumi, menyuarakan keresahannya:

“Sangat mengkhawatirkan melihat pemerintahan ini melibas sistem checks and balances – dari lingkungan hidup hingga hak-hak pribadi,” ujarnya seperti dikutip dari  AFP.

Banyak peserta aksi menyebut kebijakan Trump sebagai bentuk “perebutan kekuasaan paling terang-terangan dalam sejarah modern,” yang menurut mereka didalangi oleh Trump, Elon Musk, dan para sekutunya dari kalangan miliarder.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Sejak kembali ke Gedung Putih, Trump langsung menggeber sejumlah kebijakan kontroversial. Ia berupaya memangkas ukuran pemerintahan, mendorong nilai-nilai konservatif ekstrem, dan menekan negara sahabat dalam urusan dagang—yang bahkan memicu ketidakstabilan pasar saham global.

Protes ini juga menyoroti lemahnya perlawanan dari Partai Demokrat, yang kini menjadi minoritas di Kongres. Banyak warga merasa frustasi dan menyebut partai mereka gagal menjadi penyeimbang kekuasaan.

Dengan dukungan dari berbagai kelompok masyarakat sipil, akademisi, aktivis lingkungan, dan kelompok minoritas, aksi ini menandai kebangkitan kekuatan rakyat dalam menolak pemerintahan yang dianggap menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi.

Kemarahan warga Amerika bukan hanya tentang kebijakan ekonomi atau sosial, tapi juga tentang upaya mempertahankan integritas demokrasi di tengah krisis kepemimpinan.***

Sumber : Berbagai sumber

Editor  : Agus Hidayat

Share This Article
Leave a Comment