Wonosobo (Lintas Topik.Com) – Tiga minggu setelah proses otopsi dilakukan terhadap jenazah TA (9), siswa sekolah dasar asal Kelurahan Kertek yang meninggal awal Oktober lalu, hasil pemeriksaan medis belum juga diterima pihak keluarga. Hingga kini, keluarga masih menunggu kepastian penyebab kematian yang diduga berkaitan dengan kasus bullying di sekolah.
Ibu korban, Siti Fatimah, mengaku terus diliputi kegelisahan karena belum ada kejelasan dari pihak kepolisian maupun tim forensik. Ia bahkan mengaku sudah berupaya mencari tahu langsung, namun belum mendapatkan jawaban pasti.
“Saya sampai WA teman yang polisi, tapi sampai sekarang belum dibalas. Saya cuma ingin tahu, bagaimana hasilnya setelah kemarin itu dibongkar,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (27/10/2025).
Menurut Siti, keluarga selama ini hanya bisa menahan diri di tengah beragam kabar simpang siur tentang penyebab kematian anaknya. Ada yang menyebut karena sakit, ada pula yang menduga akibat kekerasan di sekolah.
“Kami hanya butuh kejelasan. Kalau memang karena sakit, ya kami terima. Tapi kalau ada unsur kekerasan, kami ingin keadilan untuk anak kami,” tegasnya.
Sementara itu, Kasatreskrim Polres Wonosobo AKP Arif Kristiawan membenarkan bahwa hasil otopsi belum keluar dari laboratorium forensik Polda Jawa Tengah. Ia menjelaskan bahwa proses pemeriksaan masih berlangsung dan belum bisa dipastikan kapan rampung.
“Sampai sekarang hasilnya belum kami terima. Kami juga masih menunggu,” jelas Arif saat dihubungi Lintas Topik.Com.
Menurut Arif, keterlambatan kemungkinan disebabkan padatnya jadwal pemeriksaan di bagian kedokteran forensik. Namun, ia memastikan bahwa begitu hasil diterima, pihak kepolisian akan segera menyampaikan keterangan resmi kepada publik.
“Yang jelas, begitu hasilnya keluar, pasti akan kami sampaikan,” tegasnya.
Kasus ini menjadi perhatian publik lantaran melibatkan anak usia sekolah dasar dan terjadi di lingkungan pendidikan. Banyak pihak menilai lambannya proses penyelidikan dapat menambah keresahan keluarga korban.
Diketahui, TA meninggal dunia pada awal Oktober 2025 setelah mengeluh sakit di bagian perut sepulang dari kegiatan sekolah. Sebelum meninggal, bocah kelas 3 SD itu sempat mengaku kepada ayahnya bahwa ia dipukul oleh teman sekelas saat upacara.
Pihak Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Wonosobo sebelumnya telah menurunkan tim investigasi dan menyatakan belum menemukan bukti adanya tindakan perundungan. Namun, keluarga tetap menunggu hasil otopsi sebagai dasar ilmiah untuk memastikan penyebab kematian.
Kini, setelah tiga pekan berlalu sejak proses pembongkaran makam dilakukan, keluarga TA masih berharap hasil laboratorium segera keluar agar misteri kematian anak mereka dapat terungkap dengan jelas.***
Editor : Agus Hidayat







