Wonosobo (Lintas Topik.Com) – Di Pasar Kertek, Wonosobo, ada sebuah tradisi unik yang terus hidup dari generasi ke generasi. Namanya Tuku Omong. Sebuah tradisi yang dipercaya dapat membantu anak-anak yang mengalami keterlambatan berbicara.
Tradisi ini sudah berlangsung puluhan tahun. Para orang tua yang merasa cemas karena anaknya belum juga lancar bicara, akan datang ke kantor pasar dan menemui seorang pegawai pasar—dulu dikenal dengan sebutan carik bea—untuk “membeli omongan”.
Ya, tuku omong secara harfiah berarti membeli omongan. Tapi tentu bukan dalam arti sebenarnya. Orang tua akan membawa sebotol air mineral, lalu menyampaikan maksud kedatangannya: ingin anaknya bisa cepat bicara. Sang pegawai pasar akan membacakan doa-doa khusus, kemudian meminta air itu diberikan untuk diminumkan kepada sang anak.
Yang menarik, tradisi ini hanya ada di Pasar Kertek. Bahkan di Pasar Induk Wonosobo yang jauh lebih besar, tidak ditemukan praktik seperti ini.
Sukiyat, salah satu pegawai pasar Kertek yang paling sering dimintai bantuan untuk tradisi ini, menceritakan pengalamannya saat diwawancarai dalam Podcast Lintas Topik. Ia mengatakan, sejak pertama kali bekerja di pasar pada tahun 1992, tradisi Tuku Omong sudah dikenal luas. Bahkan di masa ayahnya yang juga seorang pegawai pasar, praktik ini sudah ada.
“Dulu nggak terlalu banyak. Tapi sejak viral di media sosial, makin banyak orang datang, bahkan dari luar daerah. Pernah ada yang datang dari Palembang,” ujar Sukiyat.
Meski terdengar seperti ritual, Sukiyat menegaskan bahwa tidak ada unsur mistik atau klenik dalam praktik Tuku Omong. Baginya, ini hanyalah bentuk ikhtiar. Doa adalah perantara, dan hasil akhirnya tetap Tuhan yang menentukan.
Menariknya lagi, Tuku Omong tidak hanya dilakukan untuk anak-anak. Ada juga pemilik burung kicauan yang datang karena ingin burungnya rajin berkicau. Bahkan seorang penyanyi kampung yang kehilangan pita suara pernah mencoba tradisi ini.
Sukiyat juga tidak mematok tarif. “Seikhlasnya saja,” katanya. Ia menambahkan, sebenarnya semua pegawai pasar bisa melakukan Tuku Omong, namun karena dirinya dianggap paling senior, biasanya masyarakat lebih memilih dirinya.
Apakah ini hanya sugesti? Atau ada keajaiban di balik keyakinan sederhana ini? Yang jelas, banyak orang tua datang dengan harapan… dan pulang dengan senyum.***
Editor : Agus Hidayat