WONOSOBO (Lintas Topik.com) – Longsor susulan kembali terjadi di jalan alternatif Dieng via Watumalang, tepatnya di wilayah Lamuk–Kalidesel, pada Jumat (24/10/2025) sekitar pukul 16.30 WIB. Hujan deras yang mengguyur sejak pukul 11.00 siang menyebabkan material tanah di titik sebelumnya kembali amblas ke badan jalan.
Menurut keterangan Pandi, anggota Relawan Penanggulangan Bencana (RPB) Watumalang, titik longsor semula sudah diberi penguat sementara berupa susunan karung berisi tanah dan bambu. Namun derasnya aliran air dari arah jalan membuat struktur penahan itu jebol dan menyebabkan longsoran baru.
Akibat longsor susulan ini, badan jalan kini semakin menyempit dan hanya bisa dilalui kendaraan kecil dengan hati-hati. Warga dan petugas di lapangan menyarankan pemasangan terpal untuk menutup area longsor agar air hujan tidak langsung menggerus tebing dan mencegah longsor lanjutan.
Sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat (DPUPR) Kabupaten Wonosobo telah melakukan penanganan darurat di titik yang sama. Namun curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir membuat kondisi tanah kembali labil dan berpotensi terjadi pergerakan tanah baru.
Watumalang Masuk Zona Rawan Longsor
Kecamatan Watumalang termasuk salah satu wilayah dengan potensi tinggi bencana tanah longsor di Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan data BPBD Jawa Tengah (2022), wilayah ini memiliki topografi berbukit dan kondisi tanah mudah bergerak sehingga berisiko tinggi saat hujan dengan intensitas lebat dan durasi panjang.
Pada April 2024, tebing setinggi 30 meter di Desa Kuripan, Watumalang, ambruk dan menutup akses jalan utama Wonosobo–Watumalang. Sementara pada September 2025, bahu jalan di Dusun Lamuk, Desa Kalidesel, juga sempat ambrol sepanjang ±50 meter akibat hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut.
Data dari situs resmi Pemkab Wonosobo juga mencatat, di wilayah Watumalang telah beberapa kali terjadi longsor yang menimpa rumah warga dan fasilitas umum, antara lain di Dusun Kuripan, Banjaran, Pasuruhan, dan Kalidesel.
Perlu Mitigasi Jangka Panjang
Kombinasi curah hujan tinggi, struktur tanah yang labil, dan intensitas kejadian longsor yang berulang menunjukkan bahwa kawasan Lamuk–Kalidesel memerlukan penanganan lebih permanen. Mitigasi jangka panjang seperti pembangunan talud, drainase penahan air hujan, dan vegetasi penahan lereng menjadi penting agar jalur alternatif menuju Dieng tetap aman digunakan masyarakat. ***
Editor : Agus Hidayat
