LintasTopik.com – Desa Krasak di Kecamatan Selomerto, Wonosobo, mendadak ramai diperbincangkan di media sosial. Penyebabnya adalah sebuah tugu berbentuk biawak yang unik dan ikonik, yang kini menjadi destinasi dadakan bagi warga lokal hingga luar daerah. Tapi, siapa sebenarnya di balik ide pembangunan tugu yang viral ini?
Jawabannya adalah Karang Taruna Pemoeda Menyawak, sebuah organisasi kepemudaan desa yang bangkit kembali setelah vakum selama hampir 18 tahun. Mereka bukan hanya berhasil menghidupkan kembali semangat gotong royong di kalangan pemuda, tapi juga menggagas sebuah simbol baru yang kini mengangkat nama kampungnya ke level nasional.
Menurut pengurus Karang Taruna, Muslim dan Chaerul, ide tugu biawak bukan muncul secara tiba-tiba. Semuanya berawal dari momen peringatan Hari Lingkungan Hidup tahun 2024, yang dipusatkan di desa mereka. Sebagai kegiatan perdana setelah vakum panjang, Karang Taruna ingin menyampaikan pesan yang kuat: stop perburuan hewan liar, khususnya biawak—yang selama ini sering diburu meski menjadi hewan endemik di wilayah tersebut.
“Kami ingin acara yang bukan hanya ramai di hari H, tapi juga meninggalkan jejak dan pesan jangka panjang,” ujar Muslim dalam perbincangan podcast Lintas Topik.
Pada acara tersebut, Ketua Karang Taruna Desa Krasak secara langsung menyampaikan permintaan kepada Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, agar dibangun sebuah tugu biawak sebagai identitas desa dan pengingat pentingnya pelestarian lingkungan. Usulan itu ternyata disambut positif, dan setelah melalui proses advokasi dan koordinasi, pembangunan dimulai pada 3 Februari 2025.
Proyek ini rampung dalam waktu 1,5 bulan dan diresmikan pada 17 Maret 2025, seminggu menjelang Lebaran. Tak butuh waktu lama, tugu tersebut viral di media sosial, dan Desa Krasak pun menjadi tujuan wisata baru yang ramai dikunjungi setiap hari.
“Kami nggak menyangka akan seramai ini. Pengunjung datang dari mana-mana, bahkan ada yang dari Palembang hanya untuk melihat langsung tugu biawak,” kata Chaerul.
Namun, lonjakan pengunjung ini juga menjadi tantangan baru. Para pengurus Karang Taruna mengaku belum punya pengalaman dalam manajemen wisata, tapi mereka bertekad belajar. Kini mereka tengah menyiapkan berbagai program lanjutan, mulai dari wisata edukasi tentang biawak, penangkaran hewan, hingga paket rafting menyusuri Sungai Begaluh.
Selain menghidupkan kembali identitas lokal “Krasak Menyawak” yang nyaris terlupakan, Karang Taruna juga menunjukkan bahwa pemuda desa mampu menciptakan perubahan besar, jika diberi ruang dan kepercayaan.***
Editor : Agus Hidayat