Lintas Topik.Com – Di Manchester United, angka 7 bukan sekadar nomor punggung. Ia adalah lambang status. Sebuah warisan. Namun di balik kejayaan yang dibangun oleh para legenda seperti George Best, Eric Cantona, David Beckham, hingga Cristiano Ronaldo, tersimpan cerita-cerita muram tentang mereka yang mencoba mengikuti jejak tersebut, tapi justru tak sesuai ekspektasi awal.
Nomor 7 di Old Trafford tak pernah netral. Ia hanya mengenal dua nasib: menjulang tinggi… atau jatuh menyakitkan.
Mereka yang Membuat Nomor 7 Jadi Keramat
1. George Best – Si Jenius yang Terlalu Bebas
Salah satu pionir kehebatan MU di era 60-an. George Best bukan hanya bintang lapangan, ia adalah ikon budaya pop. Dribel menawan, gol luar biasa, dan gaya hidup flamboyan. Nomor 7 melekat dalam citranya sebagai legenda penuh bakat dan tragedi.
“Kalau aku lahir jelek, kalian tak akan pernah dengar tentang Pele,” ucap Best dengan gaya khasnya.
2. Eric Cantona – Raja Tanpa Mahkota
Didatangkan dari Leeds pada 1992, Cantona segera menjadi jantung tim. Gaya elegan dan temperamen liarnya justru menambah daya magis nomor 7. Ia memberi MU gelar dan keberanian. Selebrasinya yang hanya berdiri diam dengan dada membusung jadi ikon yang tak tergantikan.
“Eric mengubah mentalitas klub ini,” kata Sir Alex Ferguson.
3. David Beckham – Superstar Global dari Sayap Kanan
Beckham menjadikan nomor 7 miliknya dengan umpan silang mematikan dan gol-gol spektakuler. Di bawah sinar lampu sorot media, ia tetap bersinar. Saat MU meraih treble 1999, Becks ada di jantungnya.
4. Cristiano Ronaldo – CR7, Simbol Era Baru
Saat mengenakan nomor 7 pada usia 18 tahun, banyak yang menganggap Ronaldo terlalu muda. Tapi justru di situlah letak keistimewaannya. Ia menjadikan nomor itu mereknya sendiri: CR7. Trofi Ballon d’Or pertamanya ia raih saat berseragam MU.
“Saya tahu tanggung jawab mengenakan nomor ini. Saya ingin menjadi seperti legenda sebelumnya,” ujar Ronaldo saat itu.
Namun Tidak Semua Mampu Menanggung Bebannya…
Sejak kepergian Ronaldo ke Madrid pada 2009, nomor 7 seperti kehilangan auranya. Sejumlah pemain mencoba, tapi tak satupun benar-benar mampu menyalakan kembali magisnya.
5. Michael Owen – Nama Besar, Dampak Kecil
Legenda Liverpool ini datang ke MU di penghujung karier. Meski mencetak gol ikonik di derbi Manchester, performa Owen jauh dari ekspektasi nomor 7. Cedera menjadi musuh utamanya.
6. Antonio Valencia – Mengundurkan Diri dari Tekanan
Valencia sempat dipercaya mengenakan nomor 7. Tapi performanya justru menurun. Ia kemudian meminta kembali nomor lamanya, tanda bahwa tak semua siap memikul sejarah.
7. Angel Di Maria – Bintang yang Redup di Inggris
Di Maria datang dari Real Madrid dengan harga rekor klub. Tapi hanya bertahan satu musim. Ia mengaku tak pernah nyaman tinggal di Inggris, apalagi setelah rumahnya dirampok.
8. Memphis Depay – Lebih Banyak Gaya daripada Gol
Pemain muda penuh talenta dari Belanda ini digadang-gadang sebagai penerus Ronaldo. Tapi yang terjadi, ia justru tenggelam di balik sorotan kamera dan tekanan media Inggris.
9. Alexis Sanchez – Simfoni yang Salah Nada
Dikenalkan lewat video bermain piano, ekspektasi pada Sanchez tinggi. Tapi hasilnya sangat mengecewakan: 5 gol dari 45 laga. Salah satu rekrutan terburuk era modern MU.
10. Edinson Cavani – Sinar yang Terlambat Datang
Meskipun menunjukkan kualitas dan sikap profesional, Cavani datang saat usia tak lagi muda. Ia mencetak gol-gol penting, tapi tak cukup untuk mengangkat kembali mistik nomor 7 sepenuhnya.
11. Mason Mount – Harapan yang Masih Samar
Musim lalu, Mount mengenakan nomor 7. Namun performanya terbatas karena cedera dan inkonsistensi. Ia belum menunjukkan tanda-tanda akan menjadi suksesor sejati para legenda.
“Nomor ini lebih dari sekadar simbol. Ia adalah warisan, dan hanya sedikit yang bisa menanggungnya,” ujar Rio Ferdinand dalam wawancara dengan BT Sport.
Kutukan atau Tekanan Tak Terlihat?
Apakah nomor 7 benar-benar terkutuk? Ataukah ekspektasi media, fans, dan sejarah klub terlalu berat untuk pemain era modern?
Menurut psikolog olahraga dari University of Roehampton, Dr. Steve Mellalieu, tekanan simbolik seperti nomor punggung bisa memengaruhi performa.
“Pemain muda yang mengenakan nomor ‘keramat’ bisa merasakan beban tidak langsung, yang membuat mereka tampil kaku atau kehilangan kepercayaan diri,” ujarnya dalam The Guardian.
Nomor 7 di Manchester United adalah ujian karakter. Bagi mereka yang kuat mental dan siap tampil dalam tekanan, ia menjadi tonggak kejayaan. Tapi bagi yang tidak siap, ia adalah cermin kegagalan.
Hingga kini, hanya segelintir yang bisa mengubahnya menjadi legenda. Sisanya hanyalah cerita pengganti yang tak pernah selesai ditulis.***
Editor : Agus Hidayat