Wonosobo ( Lintas Topik.com)– Di balik tegaknya Sang Saka Merah Putih pada upacara kemerdekaan di alun alun Wonosobo, ada tiga wajah muda yang penuh semangat: Alvita, Bya Reza Arfiadi Putra, dan Arga Saputra.
Mereka adalah anak-anak SMA dan SMK dari Wonosobo yang dipercaya menjadi pengibar bendera.
Bukan sekadar tugas upacara, tapi amanah yang mereka emban dengan hati bergetar dan tekad kuat.
Alvita: Cita-Cita Polwan dan Langkah Pasti
Alvita, siswi kelas XI SMA Negeri 1 Wonosobo, datang dari Asrimulyo. Sudah lama aktif di ekskul PBB di sekolahnya.
Hobi renang dan lari, serta bercita-cita menjadi seorang Polwan. Tingginya 169 cm membuatnya masuk kriteria pasukan pengibar.
Keputusannya mendaftar didorong informasi dari senior, juga karena ingin menambah pengalaman dan teman baru.
“Saya membayangkan latihan pasti keras, tapi itu justru tantangan,” ujarnya sambil tersenyum.
Hari ketiga latihan, ia tak menyangka langsung terpilih sebagai pengibar bendera.
“Kaget, takut tidak bisa menjalani. Tapi semakin latihan, semakin percaya diri,” katanya.
Baginya, yang terberat adalah saat mengambil bendera dari pembawa baki. Kesalahan sekecil apa pun bisa fatal.
“Saya selalu membayangkan, jangan sampai terbalik. Kalau terbalik, harus sigap membetulkan saat itu juga.”
Bya: Rasa Bangga yang Membakar
Bya Reza Arfiadi Putra adalah siswa kelas XI SMKN 1 Wonosobo. Tinggi 173 cm . ia berdomisili di Sirandu Pagerkukuh.
Awalnya, ia hanya tahu dari grup WhatsApp tentang perekrutan paskibra. “Awalnya kaget ketika dipilih, tapi bangga. Saya terus berlatih sebagai pengibar bendera supaya tidak digantikan peserta lain,” ucapnya.
Baginya, paskibra adalah kesempatan mengasah disiplin sekaligus menunjukkan kemampuan terbaik.
Namun jalan itu tak selalu mulus. Latihan keras membuat mereka sering dibentak pelatih jika kurang fokus, bahkan pernah dihukum masuk kolam di alun-alun karena chemistry tim belum terbentuk.
“Tapi justru dari situ kami belajar. Saat melakukan sesuatu, harus ada saling pengertian. Rasanya bangga, dari berbeda sekolah akhirnya bisa solid bersama,” ujar Bya.
Arga: Jejak Juara PBB yang Kini Mengibarkan Merah Putih
Arga Saputra, siswa kelas XI SMA Negeri Mojotengah, adalah sulung dari tiga bersaudara yang tinggal di Perumahan Villa Arkantara. Tingginya 171 cm.
Ia punya rekam jejak membanggakan: saat SMP pernah membawa timnya juara 1 lomba PBB tingkat kabupaten.
“Dari awal bergabung, saya sudah merasa bangga dan senang. Bisa cepat akrab, cepat solid,” kata Arga. Selain aktif di basket, ia juga ikut ekskul PBB.
Baginya, bagian tersulit adalah mengatur tali bendera sesuai bait lagu kebangsaan. “
Ada sepuluh kaitan. Jangan terlalu cepat, jangan terlalu lambat. Harus pas dengan musik,” ujarnya penuh serius.
Ia menegaskan, tanggung jawab pengibar bendera itu berat. “Bendera tidak boleh jatuh, tidak boleh salah lipat. Semua anggota harus zero mistake.”
Dari Hukuman Jadi Kekompakan
Hari-hari latihan bukan hanya tentang baris-berbaris, tetapi juga tentang membentuk mental.
Chemistry antaranggota adalah harga mati. Pernah, ketika gerakan mereka tidak kompak, ketiganya bersama tim harus menerima hukuman masuk kolam di alun-alun.
Namun, justru di situlah titik baliknya. Mereka belajar bahwa paskibra bukan hanya tentang berdiri tegap, tetapi juga tentang saling mengerti.
Satu gerakan terlambat, satu tarikan tali salah tempo, bisa merusak kekhidmatan upacara.
Harapan yang Menggetarkan Hati
Kini, ketika hari tugas semakin dekat, perasaan mereka bercampur antara bangga, takut, tapi juga optimis.
Mereka sadar, pengibar bendera adalah inti dari upacara kemerdekaan. Tidak ada cadangan, tidak ada ruang untuk kesalahan.
“Harapan saya, semua bisa berjalan sempurna, tanpa kesalahan sedikit pun,” kata Arga.
“Saya ingin menunjukkan yang terbaik kepada pelatih dan orang tua,” tambah Bya.
“Semoga bisa menjalankan tugas dengan lancar, agar bendera bisa berkibar dengan gagah di langit Wonosobo,” tutup Alvita.
Tiga wajah muda ini adalah gambaran semangat generasi penerus bangsa. Di balik seragam putih dan sepatu hitam mengkilap, ada denyut hati yang bergetar, ada doa yang dipanjatkan, dan ada tekad kuat untuk mengibarkan merah putih dengan sempurna.
Karena bagi mereka, tugas sebagai pengibar bendera bukan hanya seremoni—tetapi bentuk nyata cinta kepada tanah air.***
Editor : Agus Hidayat