Rektor Unsiq: Dunia Sedang Tidak Baik-Baik Saja, Indonesia Butuh Identitas Kebangsaan yang Kuat

Ida Agus
21 Views
3 Min Read
Rektor Unsiq DR. Z. Sukawi,M.A saat berbicara di acara launching Majelis Lambar Pakerti di halaman Masjid Yudha Pratama , Wonosbungkah Wonosobo, Sabtu (28/6). ( Lintas Topik/Ida Agus)

Wonosobo (Lintas Topik.Com) – Rektor Universitas Sains Al-Qur’an (Unsiq) Jawa Tengah di Wonosobo, Dr. Z. Sukawi, MA, menyebut bahwa dunia saat ini tengah menghadapi tantangan hybrid disruption yang menjadi pertanda bahwa kondisi global tidak sedang baik-baik saja.

Pernyataan itu disampaikan saat dirinya menjadi pembicara dalam acara Launching Majelis Lambar Pakerti di halaman Masjid Yudha Pratama, Wonobungkah, Kabupaten Wonosobo, Sabtu (28/6).

Menurut Sukawi, berbagai konflik militer antar negara yang memanas, ketegangan geopolitik, hingga dampak perubahan iklim merupakan bukti nyata bahwa dunia sedang menuju kondisi krisis yang kompleks. Ia bahkan menyebut kondisi saat ini sebagai bentuk awal dari “Perang Dunia Ketiga” yang diawali oleh perang dagang global.

“Kondisi ini tidak bisa diabaikan. Dunia sedang menuju boiling warning, bukan lagi sekadar global warning,” tegasnya.

Ia menambahkan, dalam situasi disrupsi seperti ini, bangsa Indonesia memerlukan pemahaman yang kokoh akan identitas kebangsaan. Tanpa identitas yang kuat, interkoneksi dan interdependensi dalam kehidupan berbangsa menjadi tidak bermakna.

Perkembangan teknologi seperti Revolusi Industri 4.0 hingga 5.0 disebutnya sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi memberi peluang, namun di sisi lain menimbulkan ancaman sosial seperti maraknya judi online dan pinjaman daring yang menjerat masyarakat.

- Advertisement -
Ad imageAd image

“Pemahaman keagamaan dan kebangsaan yang belum tuntas, justru kerap digoreng menjadi isu yang memecah belah. Jika ini terus terjadi, bangsa ini sulit maju,” kata Sukawi.

Dalam kesempatan yang sama, aktivis lingkungan John Ali menyoroti pentingnya sektor pertanian sebagai kekuatan strategis di masa depan.

Ia menyebut, dalam berbagai krisis besar seperti krisis moneter dan pandemi Covid-19, pertanian terbukti menjadi sektor yang bertahan dan menyelamatkan masyarakat.

Namun sayangnya, menurut John, dunia pertanian dan para petani justru cenderung dimarjinalkan.

“Negara maju bukan semata yang punya teknologi tinggi atau senjata nuklir, tetapi yang memiliki sistem pertanian yang kuat untuk menjamin kemandirian rakyatnya,” ujar John Ali.

Ia juga menyinggung terjadinya pergeseran pola sosial, di mana masyarakat desa kini terpesona oleh kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), sementara sebagian masyarakat kota justru kembali ke alam dan memilih jalan hidup bertani.

- Advertisement -
Ad imageAd image

John menekankan pentingnya kebhinekaan bukan hanya dalam aspek agama, tetapi juga dalam sektor-sektor kehidupan lainnya.

Ia mendorong penguatan identitas melalui pelestarian budaya lokal sebagai bagian dari jati diri bangsa.

Sementara itu, Kyai Ahmad Faqih Syafaat selaku pengelola Majelis Lambar Pakerti menjelaskan bahwa majelis ini didirikan sebagai ruang belajar dan berbagi lintas sektor.

Keanggotaan majelis terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari lintas agama hingga lintas profesi.

Majelis ini direncanakan akan digelar setiap malam Ahad Kliwon dengan tema yang berbeda dan menghadirkan narasumber kredibel dari berbagai bidang.***

Editor : Agus Hidayat

Share This Article
Leave a Comment