Wonosobo (LintasTopik.com) — Siswa SMAN 1 Wonosobo kembali menorehkan sejarah dengan meraih Juara 1 Nasional Lomba Cerdas Cermat (LCC) Empat Pilar MPR RI 2025.
Prestasi ini sekaligus menjadikan SMAN 1 sebagai satu-satunya sekolah di Indonesia yang telah tiga kali menjadi juara nasional untuk kompetisi Empat Pilar.
Capaian ini juga menjadi gelar keempat bagi SMAN 1 Wonosobo sejak pertama kali mengikuti LCC.
Sebelumnya, sekolah ini meraih Juara 2 Nasional tahun 2011, Juara 3 Nasional tahun 2015, serta Juara 1 Lomba LCC yang diselenggarakan Kemenkumham tingkat nasional tahun 2018.
Setelah sempat vakum akibat pandemi, tim kembali bangkit dan menutup tahun 2025 dengan prestasi puncak.
Seleksi Berdarah-darah Sejak Tingkat Sekolah
Kepala SMAN 1 Wonosobo, Ibnu Rochmadi, menyebut pencapaian ini bukan hanya buah dari kecerdasan, tetapi juga hasil proses pembinaan panjang.
“Seleksi di tingkat sekolah saja sudah luar biasa, berdarah-darah. Anak-anak yang masuk LCC Empat Pilar benar-benar yang terbaik,” ujarnya.
Ibnu menceritakan bagaimana para siswa memaksimalkan waktu belajar hingga menjadikan salah satu ruangan di Gedung Bundar sebagai “markas belajar”.
“Seperti kamar mereka sendiri. Belajar di sana siang-malam. Pernah minta izin latihan malam, tapi tetap saya minta pulang karena harus jaga stamina,” tambahnya.
Roh Utama: Jiwa Korsa Semansa
Menurut Ibnu, keberhasilan SMAN 1 tak lepas dari eratnya hubungan lintas angkatan.
“Dari alumni 1989 hingga
Pendamping seperti Pak Narjo dan Pak Pujiono , tetap membersamai anak-anak hingga ke Jakarta—bahkan dengan biaya pribadi.
“Beliau berkomitmen membawa yang terbaik untuk SMAN 1. Itu yang menginspirasi anak-anak,” kata Ibnu.
Persiapan menuju tingkat nasional dilakukan secara intensif selama satu bulan.
Selain pembinaan rutin dua kali seminggu, sekolah juga menghadirkan dosen dari UNNES sebagai mentor.
Ibnu menyampaikan bahwa dana pembinaan mayoritas berasal dari BOS dan BOP.
“Kami geser beberapa kegiatan supaya fokus ke LCC. Ini ikon SMAN 1, jadi harus maksimal,” katanya.
Ia juga telah meminta para pembina senior untuk membukukan seluruh metode, trik, dan strategi pembinaan sebagai warisan bagi generasi selanjutnya.
Prestasi Dibalas Privilege dan Golden Ticket ke UI
Sekolah memberikan apresiasi khusus bagi para juara, mulai dari penyambutan hingga dukungan akademik.
“Nilai? Unlimited. Mereka minta berapa pun, ya sudah. Mereka juga punya golden ticket ke Universitas Indonesia, kuota 10 orang,” jelas Ibnu.
Para juara mendapat keleluasaan dalam organisasi, jadwal belajar, hingga bantuan guru untuk mengejar ketertinggalan pelajaran selama masa karantina.
Kata Para Juara: Minder, Tapi Ingat DNA Juara
Para siswa mengaku sempat minder melihat lawan-lawan dari kota besar.
“Kami dari kota kecil sempat pesimis. Tapi kami sadar, SMAN 1 punya DNA juara. Alumni saja bisa, kenapa kami tidak?” ujar Febrian Kent Rakasiwi, salah satu anggota tim.
Mereka mengusung semboyan “Satu untuk sepuluh, sepuluh untuk satu” untuk menjaga chemistry dalam tim beranggotakan sepuluh orang.
“Setiap orang punya karakter berbeda, tapi visi kami satu: juara nasional. Ego kami turunkan, kami saling menopang.”
Bagian tersulit bagi para peserta adalah menguasai topik kasus.
“Soalnya tingkat kesulitannya 10. Harus menganalisis pernyataan, relevansi hukum, dan dampaknya. Tidak sekadar hafalan,” ungkap mereka.
Pak Narjo dan Pak Pujiono, pembina senior yang telah mendampingi sejak 2009, tak kuasa menyembunyikan rasa bangganya.
“Saya bangga bisa mengantar anak-anak hingga tingkat nasional berkali-kali. Walau sudah pensiun, saya tetap ikut. Ini rumah saya.”
Ia bahkan berharap ke depan ada jalur khusus bagi juara nasional untuk diterima di perguruan tinggi tanpa tes.***
Editor : Agus Hidayat
