WONOSOBO (Lintas Topik.Com)– Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Rosyid Muhammadi muncul sebagai sosok pembaharu dalam dunia pendidikan Islam. Ia bukan hanya penyuluh agama biasa, tetapi juga seorang kepala sekolah dan inovator yang membawa angin segar dalam metode pembelajaran Al-Qur’an berbasis digital.
Rosyid bukan tipe pendidik yang puas dengan metode konvensional. Ia percaya bahwa teknologi bukan ancaman, melainkan peluang. Dengan semangat inilah ia mengembangkan sistem pembelajaran tajwid berbasis Learning Management System (LMS) yang kini digunakan oleh ratusan santri di Akademi Waqtar Wonosobo, sebuah lembaga yang ia dirikan sendiri.
“Teknologi adalah alat. Kalau digunakan dengan tepat, ia bisa menjadi jalan dakwah dan pendidikan yang luar biasa,” ujarnya dalam sebuah wawancara singkat.
Langkah inovatif itu membuat Rosyid masuk dalam nominasi PAI Award 2025, sebuah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada penyuluh agama Islam berprestasi tingkat nasional.
Dari Penyuluh Hingga Kepala Sekolah Digital
Lahir di Wonosobo pada 8 Juni 1975, Rosyid menempuh pendidikan tinggi di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, dan lulus pada 1999. Selama kuliah, ia aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan sempat menjabat sebagai Sekretaris Umum DPD IMM DIY.
Pengabdian sosial menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. Setelah lulus kuliah, ia terlibat dalam program pemberdayaan masyarakat berbasis hutan di sebuah LSM. Barulah pada tahun 2005, ia resmi menjadi Penyuluh Agama Islam Fungsional di Kementerian Agama RI.
Namun kiprah Rosyid tidak berhenti di situ. Pada 2021, ia dipercaya memimpin Muhammadi Homeschooling, sekolah alternatif berbasis nilai-nilai Islam dengan pendekatan pembelajaran yang fleksibel. Di sini, Rosyid merancang sistem pendidikan yang lebih humanis dan adaptif, terutama untuk anak-anak yang memilih jalur homeschooling.
Suara dari WhatsApp dan Revolusi Tajwid Online
Tahun 2022 menjadi tonggak penting. Di bulan Juni, Rosyid mulai merancang metode pengajaran membaca huruf Al-Qur’an untuk kalangan dewasa, yang selama ini sering merasa minder atau malu belajar dari nol.
Tiga bulan kemudian, ia mendirikan Akademi Waqtar, sebuah platform pembelajaran Al-Qur’an online yang menggunakan voice note WhatsApp sebagai media utama. Model ini sederhana namun efektif—membuka akses belajar tajwid bagi siapa pun, di mana pun, tanpa batasan ruang dan waktu.
Tak berhenti di situ, akhir tahun 2023, ia mengembangkan LMS berbasis web yang lebih sistematis. Hasilnya luar biasa: 595 santri terdaftar dan aktif belajar melalui sistem digital yang dirancangnya.
Visi Digitalisasi Pembelajaran Al-Qur’an
Bagi Rosyid, inovasi bukan sekadar tren. Ia adalah komitmen untuk menjawab tantangan zaman. Di tengah dunia yang semakin terhubung digital, ia bertekad menjadikan pembelajaran Al-Qur’an sebagai aktivitas yang mudah diakses, menyenangkan, dan berkelanjutan.
“Saya bermimpi, setiap orang bisa belajar Al-Qur’an kapan pun dan di mana pun. Tidak ada lagi alasan karena usia atau kesibukan,” tegasnya.
Melalui Akademi Waqtar dan berbagai inovasi lainnya, Rosyid Muhammadi telah membuktikan bahwa teknologi dan nilai-nilai Islam bisa berjalan berdampingan. Ia menjadi contoh nyata bahwa dakwah dan pendidikan bisa lebih luas jangkauannya jika berani melangkah dengan cara yang berbeda.***
Editor : Agus Hidayat