Siapa Sosok Marsinah yang Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional oleh Kaum Buruh ?

34 Views
3 Min Read
Marsinah seorang aktivis buruh yang ditemukan teweas usai berdemo pada tahun 1993, diusulkan sebagai Pahlawan Nasional oleh kaum buruh. (Wikipedia)

LintasTopik.com — Presiden Prabowo Subianto menyatakan dukungannya terhadap usulan serikat buruh untuk menjadikan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional. Pernyataan itu disampaikan langsung di hadapan ratusan ribu buruh saat memperingati Hari Buruh Internasional 2025 di kawasan Monas, Jakarta, Kamis (1/5).

Dalam pidatonya, Presiden mengungkapkan bahwa ide untuk mengangkat Marsinah datang dari para pimpinan buruh saat dirinya berdialog dan menanyakan sosok yang layak diusulkan sebagai pahlawan dari kalangan pekerja.

“Saya tanya, ada usulan? Mereka bilang, ‘Pak, bagaimana kalau Marsinah?’” kata Prabowo di atas panggung utama.

Prabowo menegaskan kesiapannya memberikan dukungan penuh jika seluruh serikat buruh memiliki pandangan yang sama terkait hal ini.

“Selama para pimpinan buruh sepakat, saya akan mendukung sepenuh hati agar Marsinah mendapat gelar Pahlawan Nasional,” tegasnya.

Marsinah: Buruh Perempuan yang Jadi Simbol Perjuangan

- Advertisement -

Marsinah merupakan buruh asal Nganjuk, Jawa Timur, yang namanya hingga kini terus dikenang sebagai simbol perjuangan hak-hak buruh. Ia lahir pada 10 April 1969 dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara perempuan, dari pasangan Astin dan Sumini.

Setelah sang ibu meninggal saat Marsinah masih berusia tiga tahun, ia dibesarkan oleh neneknya bersama paman dan bibinya di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk.

Pada tahun 1989, Marsinah merantau ke Surabaya untuk bekerja. Awalnya, ia menjadi buruh di pabrik plastik SKW kawasan Rungkut. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, ia juga berjualan nasi bungkus dengan harga Rp150 per porsi.

Tak lama kemudian, Marsinah pindah kerja ke PT Catur Putra Surya (CPS), sebuah pabrik arloji di Porong, Sidoarjo. Di sana, ia dikenal vokal memperjuangkan kesejahteraan buruh dan aktif dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di unit kerjanya.

Namun perjuangannya harus berujung tragis.

Penculikan, Penyiksaan, dan Kematian yang Belum Tuntas

- Advertisement -

Marsinah terakhir terlihat pada 5 Mei 1993 usai memimpin aksi mogok kerja menuntut kenaikan upah dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250. Pada 9 Mei, jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubuk di Dusun Jegong, Nganjuk.

Hasil visum menyebutkan Marsinah mengalami penyiksaan berat, bahkan dugaan pemerkosaan, sebelum akhirnya tewas. Dokter forensik Abdul Mun’im Idries dari Fakultas Kedokteran UI mengungkapkan adanya indikasi luka tembak sebagai penyebab kematiannya.

Meski kasus ini mengundang kemarahan publik dan menjadi sorotan nasional, proses hukum terhadap pelaku pembunuhan Marsinah hingga kini masih belum tuntas dan penuh tanda tanya.

Namun di mata kaum buruh, Marsinah tetap hidup sebagai lambang keberanian melawan ketidakadilan. Namanya rutin disebut dalam setiap aksi buruh, dan kini, kembali diusulkan sebagai Pahlawan Nasional—sebuah penghormatan atas perjuangannya yang tak tergantikan.***

Dari berbagai sumber

Editor : Agus Hidayat

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version