Wonosobo( Lintas Topik.Com) – Di tengah gegap gempita perayaan Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo, gema musik, parade budaya, dan gegap gempita atraksi di alun-alun menjadi simbol sukacita masyarakat. Namun di balik panggung utama, tersimpan pertanyaan penting: apakah dua abad usia ini menjadi awal dari babak baru Wonosobo yang benar-benar lebih unggul, sejahtera, dan adil?
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, menegaskan komitmennya menguatkan sinergi lintas sektor sebagai jalan menuju Wonosobo Raharja, Adil, dan Makmur. Sebuah frasa puitis dari tema resmi hari jadi tahun ini: “Dwi Abad Wonosobo, Kukuh ing Tembayatan, Unggul ing Samukawis.” Namun pertanyaan kritis pun mengemuka: apa arti sinergi dan prestasi itu bagi masyarakat kecil?
Di atas kertas, prestasi Wonosobo memang mencolok. Pada April 2025, Pemkab Wonosobo meraih penghargaan Top Pembina BUMD 2025. Perumda Tirta Aji menyabet Top BUMD Bintang 5 tiga tahun berturut-turut, meraih Top Golden Trophy, sementara PT BPR Bank Wonosobo juga mendapat predikat Top BUMD Bintang 4.
Tak berhenti di situ, skor Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) Wonosobo mencapai 3.6562, menempatkan kabupaten ini di peringkat 9 nasional. Disdukcapil pun mendapat nilai pelayanan tertinggi dari Ombudsman RI, dengan skor 98,33. Sebuah pencapaian yang, menurut Wakil Bupati Amir Husein, menjadi bukti kerja keras birokrasi yang tidak lagi birokratis.
Terlepas dari keraguan itu, sejumlah prestasi desa memang layak diberi sorotan lebih. Desa Maduretno di Kecamatan Kalikajar, misalnya, tampil sebagai Juara I Nasional untuk Kategori Digital Regional I dalam ajang Apresiasi Rumah DataKu 2025.
Di sinilah sinergi menjadi nyata. Rumah DataKu “Langgeng Kencana” dikelola secara partisipatif oleh pemerintah desa, kader, dan warga. Data kependudukan tidak hanya dikumpulkan, tapi dimanfaatkan untuk program pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan.
Lebih membanggakan lagi adalah capaian Desa Candimulyo di lereng Gunung Sindoro. Mereka berhasil meraih Juara 1 Kampung Keluarga Berkualitas Tingkat Jateng, bahkan Juara 2 Nasional. Tak tanggung-tanggung, ada 25 program inovatif yang digulirkan mulai dari Posyandu Digital hingga Bank Sampah berbasis keluarga.
Digitalisasi: Antara Wacana dan Kenyataan
Transformasi digital menjadi salah satu arah kebijakan yang kini digencarkan. Desa Banyukembar, Kecamatan Watumalang, masuk 10 besar nasional Desa Digital 2025 dan sedang bersaing menuju 6 besar. Namun tantangan tidak sedikit.
Koneksi internet di sejumlah desa pegunungan masih lemah. Belum semua warga memahami literasi digital, apalagi kelompok lansia atau petani yang kesehariannya masih mengandalkan pola konvensional.
Digitalisasi jangan sampai jadi jargon kosong. Harus ada pendampingan nyata. Jangan semua hanya berhenti di spanduk atau pelatihan sekelas formalitas.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wonosobo mengalami kenaikan dari 70,18 menjadi 70,63 pada tahun 2024. Angka ini memang menunjukkan peningkatan, namun belum menyentuh kategori “tinggi” (di atas 75).
APS (Angka Putus Sekolah) usia 5–6 tahun juga menurun ke angka 89,85. Namun jika ditelusuri lebih jauh, tantangan pendidikan di pelosok Wonosobo masih nyata: minimnya guru di wilayah terpencil, keterbatasan akses internet untuk siswa, hingga angka partisipasi pendidikan anak petani yang masih rendah.
Pemerintah Kabupaten Wonosobo memang tak tinggal diam. Upaya menjadi Kabupaten Kota Sehat, revitalisasi infrastruktur, dan program pemberdayaan UMKM terus didorong. Namun, tantangan nyata ke depan adalah membumikan semua program dan penghargaan itu ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Jangan sampai Wonosobo jadi kota yang penuh lambang dan slogan, tapi kehilangan substansi,” ujar Dedi Asmara, dosen dan peneliti kebijakan publik asal Wonosobo. “Dua abad ini harus jadi momen refleksi, bukan sekadar selebrasi.”
Wonosobo telah menapaki jalan panjang selama 200 tahun. Dari pusat pemerintahan yang dulu ada di Plobangan hingga kini berdiri kokoh di jantung kota. Dari kabupaten agraris yang sepi hingga kini menjadi simpul wisata dan inovasi publik.
Namun sebagaimana disampaikan Wakil Bupati Amir Husein: tantangan ke depan tak akan mudah. Globalisasi, perubahan iklim, revolusi teknologi, dan bonus demografi menjadi pekerjaan rumah yang berat.
Perjalanan menuju abad ketiga tak cukup hanya dengan semangat dan simbol. Dibutuhkan keteguhan visi, keberanian eksekusi, dan yang paling penting: memastikan setiap warga, dari dataran tinggi hingga pelosok desa, benar-benar merasakan makna dari slogan “Sejahtera, Adil, dan Makmur.”***
Editor : Agus Hidayat